Edisi Adab Para Penuntut Ilmu
13 Rabi’ul Akhir 1442 H/ 28 November 2020 M.
BELAJAR DIAM SEPERTI BELAJAR BICARA.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” [Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47].
Imam Nawawi rahimahullah berkata: Bahwasanya apabila seseorang ingin berbicara, dan ia meyakini apa yang akan di bicarakan adalah perkara yang berpahala, wajib(harus) atau sunnah(di anjurkan) maka boleh baginya untuk berbicara, dan jika ia belum yakin apa yang di bicarakan akan berpahala atau tidak, maka ia harus menahan ucapannya.
Imam Syafii rahimahullah juga berkata:
إذا أراد أن يتكلم فليفكر فإن ظهر له أنه لا ضرر عليه تكلم، وإن ظهر له فيه ضرر أو شك فيه أمسك.
Apabila seseorang ingin berbicara, dia melihat apa yang akan dia ucapkan tidak berbahaya bagi diri dan keimanannya, maka ia boleh untuk berbicara, namun apabila yang nampak adalah keburukan dari apa yang akan ia ucapkan maka diamlah.
Berkata Ibnu Abdil Bar rahimahullah: Fitnah yang banyak menjangkiti para penuntut ilmu atau orang alim adalah lebih suka berbicara daripada mendengar.
Beliau juga berkata: Dalam mendengar seseorang pasti mendapatkankan keselamatan dan tambahan ilmu, mendengar adalah lawanya berbicara, maka dalam berbicara ada kehinaan juga kemuliaan, dan ada juga tambahan dan pengurangan ilmu, amalan. Oleh karnanya sejatinya orang yang suka berbicara sedang menunggu fitnah dan orang yang lebih suka diam sejatinya sedang menunggu rahmat Allah ta’ala.
Berkata Abu az-Dzayal rahimahullah:
تعلم الصمت كما تتعلم الكلام، فإن يكن الكلام يهديك فإن الصمت يقيك، ولك خصلتان في الصمت: خصلة تأخذ بها من علم من هو أعلم منك، وخصلةتدفع بها الجهل من هو أجهل منك.
“Belajarlah diam seperti engkau belajar bicara, karena jika bicara tidak membimbingmu, maka sesungguhnya diam akan menjaga dirimu, dan dengan diam engkau akan mendapatkan dua hal:
⚉ Dengannya engkau bisa mengambil ‘ilmu dari orang yang lebih berilmu darimu, dan
⚉ Dengannya engkau bisa menolak keburukan orang yang lebih pintar debat dari dirimu.”
[Jami’ Bayanil-‘Ilmi wa Fadhlih, jilid 1 hlm. 550]
جاء رجل إلى سلمان الفارسي رضى الله عنه
فقال : أوصني
قال: لا تكلّم.
قال : لا يستطيع من عاش في الناس أن لا يتكلم.
قال : فإن تكلمت، فتكلم بحق أو اسكت
قال : زدني.
قال : لا تغضب
قال : إنه ليغشاني مالا أملكه.
قال : فإن غضبت فأمسك لسانك، ويدك.
قال : زدني
قال : لا تلابس الناس.
قال : لا يستطع من عاش في الناس أن لا يلابسهم.
قال : فإن لابستهم، فاصدق الحديث وأدّ الأمانة.
Seorang pria datang kepada Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu :
▪️Lalu dia berkata : Nashihatilah aku.
▪️Beliau berkata : Janganlah engkau berbicara.
▪️Pria itu berkata : Orang yang hidup dengan manusia tidak akan mampu untuk tidak berbicara.
▪️Beliau berkata : Jika engkau berbicara, maka berbicaralah dengan kebenaran atau diamlah.
▪️Pria itu berkata : Tambahkanlah (nashihatmu)
▪️Beliau berkata : Janganlah engkau marah.
▪️Pria itu berkata : Sesungguhnya dia hendak menipuku dengan harta miliknya.
▪️Beliau berkata : Jika engkau marah, maka tahanlah lisan dan tanganmu.
▪️Pria itu berkata : Tambahkanlah (nashihatmu)
▪️Beliau berkata : Janganlah engkau bergaul dengan manusia.
▪️Pria itu berkata : Orang yang hidup dengan manusia tidak akan mampu untuk tidak bergaul.
▪️Beliau berkata : Jika engkau bergaul, maka jujurlah dalam berbicara dan tunaikanlah amanah. [Shifatush Shafwah 1/259].
نسأل الله السلامة والعافية…
Adabu Thalibil Ilmi “Adab-adab untuk penuntut ilmu” Hal. 91-95, Syeikh Sa’id Ruslan Hafidzahullahu ta’ala.
✍🏻 Muhaimin Ibnulqomar
https://instagram.com/muhaimin_ibnulqomar
https://www.facebook.com/muhaimina1