ETIKA SALAM
Mengucapkan salam merupakan salah satu hak seorang muslim kepada muslim lainnya. Sebagaimana sabda Rosululloh yang berbunyi: ٍ
“Hak seorang muslim kepada muslim lainnya ada enam perkara: “Di katakan:” Apa saja Wahai Rosululloh: Maka Beliau menjawab: “Apabila engkau berpapasan dengannya maka ucapkanlah salam kepadanya. (HR. Muslim: 2162).
Ucapan salam yang kita haturkan kepada orang lain dapat membuahkan rasa kasih sayang antar sesama. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Hurairoh Rosululloh bersabda:
“Tidak akan masuk surga sampai kamu beriman, dan tidak beriman sehingga kamu saling mencintai. Dan maukah aku tunjukkan suatu perbuatan yang bisa membuatmu saling mencintai; yaitu tebarkan salam antar sesamamu.” (HR. Muslim: 45)
KEISTIMEWAAN MENEBARKAN SALAM
1. Merupakan amalan yang terbaik dalam Islam.
Dari Abdulloh bin Amr bin Ash, seorang laki-laki bertanya kepada Rosululloh: “Apakah amalan yang paling baik dalam Islam?” Beliau menjawab: “Memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang telah kamu kenal maupun yang belum kamu kenal”. (HR. Bukhori: 12, Muslim: 39)
2. Mendapatkan berkah dan kebaikan dari Alloh.
Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Maka ketika kamu masuk rumah, ucapkan salam untuk dirimu sebagai penghormatan dari Alloh yang berisi berkat dan kebaikan.” (QS. An-Nur [24]: 61)
3. Termasuk di antara perbuatan yang bisa memasukkan pelakunya ke dalam surga.
Abu Yusuf Abdulloh bin Salam berkata; saya pernah mendengar Rosululloh bersabda:
”Wahai manusia, tebarkanlah salam, berikanlah makan, lakukan silaturrahim, dan sholatlah ketika orang lain tidur malam, maka engkau akan masuk ke surga dengan selamat.” (HR. Tirmidzi: 2485, Ibnu Majah: 1334 dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohih Ibnu Majah: 1097)
UCAPAN DAN JAWABAN SALAM YANG PALING BAIK
AL-Imam an-Nawawi menuturkan: “Disunahkan bagi orang yang memulai salam dengan mengucapkan: “Assalaamu ‘alaikum warohmatullah”, dengan memakai dhomir jamak (kum), sekalipun sendirian. Dan menjawabnya dengan ucapan” Wa’alaikumus-salam warohmatulloh wabarokatuh”, dengan menambah “wa” pada kata wa’alaikum. (Lihat Riyadhush-sholihin: 274).
Oleh karena itu orang yang mendapatkan salam, wajib menjawabnya dengan yang lebih baik atau semisal dengan salam yang dia terima. Sebagaimana firman Alloh (artinya):
” Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Alloh memperhitungankan segala sesuatu. (QS. An-Nisa [04]: 86).
SIAPAKAH YANG LEBIH BERHAK MEMULAI SALAM
Dari Abu Huroiroh, bahwasanya Rosululloh bersabda:
“Anak kecil mengucapkan salam kepada orang yang lebih tua, orang yang lewat memberi salam kepada yang duduk, dan orang yang jumlahnya sedikit memberi salam kepada yang jumlahnya lebih banyak. (HR. Bukhori: 6231, Muslim: 2160)
Dan dari Abu Huroiroh pula, bahwasanya Rosululloh bersabda:
“Orang yang berkendaraan mengucapkan salam kepada orang yang berjalan kaki, orang yang berjalan kaki mengucapkan salam kepada orang yang duduk, dan orang yang sedikit kepada yang banyak. (HR. Bukhori: 6232, Muslim: 2160)
WAKTU MENGUCAPKAN SALAM
1. Ketika akan memasuki rumah orang lain.
Alloh telah berfirman dalam al-Qur’an (artinya):
” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (QS.An-Nur [24]: 27).
Juga ketika memasuki rumah sendiri. Sebagaimana firman Alloh dalam Surat An-Nur ayat 61.
2. Ketika masuk dan keluar dari sebuah majelis, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh, bahwasanya Rosululloh bersabda:
“Apabila seorang masuk ke sebuah majlis maka hendaknya mengucapkan salam. Dan jika dia mau pergi hendaklah mengucapkan salam, tidaklah (salam) yang pertama tadi lebih berhak (untuk diucapkan) daripada yang akhir.” (HR. Abu Daud: 5208, Tirmidzi: 2706, Bukhori dalam Adabul Mufrod: 1008 dan di shohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shohihah: 183)
3. Di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat ialah mengucapkan salam hanya kepada orang yang dikenalnya saja.
Sebuah kenyataan yang tak dapat kita pungkiri lagi pada zaman sekarang ini, banyak orang yang hanya mau mengucapkan salam kepada orang-orang yang dikenalnya saja.
Perilaku seperti ini bertentangan dengan sunnah Rosululloh, karena Beliau menganjurkan menyebarkan salam kepada orang yang di kenal maupun yang tidak di kenal.
Tidakkah mereka menyadari akan sabda Rosululloh yang artinya:
“Sesungguhnya di antara tanda-tanda telah dekatnya hari kiamat ialah manusia tidak mau mengucapkan salam kepada orang lain kecuali yang dikenalnya saja”. (HR. Ahmad dalam Munadnya: 1/387 dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shohihah: 648).
ETIKA MENGUCAPKAN SALAM
1. Makruh memberi salam dengan ucapan “Alaikumussalam”.
Perhatikanlah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Jabir, bahwasanya ia menuturkan:
“Aku pernah menjumpai Rosululloh, Maka aku berkata: “Alaikumus salam Ya Rosululloh. Maka Beliau menjawab: ” Jangan kamu mengatakan: “Alaikumussalam”. Di dalam Riwayat Abu Dawud menyebutkan: ” Karena sesungguhnya ucapan Alaikassalam untuk orang-orang yang telah mati“. (HR. Tirmdzi: 2722, Abu Dawud: 5209 dan di Shohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shoih Sunan Abi Dawud: 2/516)
2. Dianjurkan mengucapkan salam tiga kali.
Dianjurkan mengucapkan salam dengan mengulangnya sebanyak tiga kali jika di khalayak ramai atau terhadap orang yang ketika di sampaikan salam ia tidak mendengarnya.
Di dalam hadits Anas disebutkan, bahwa Rosululloh apabila mengucapkan kalimat maka Ia mengulangnya tiga kali, dan apabila Beliau mendatangi kepada suatu kaum maka Ia mengucapkan salam kepada mereka tiga kali. (HR. Bukhori: 6244).
Imam Nawawi mengatakan:”Hadits ini mengandung kemungkinan jika di khalayak ramai yang sebagian mereka tidak mendengarnya dan bermaksud untuk memperjelas. (Lihat Kitabul Adab: 43 dinukil dari kitab Riyadusholihin: 291).
3. Tidak boleh memulai salam kepada orang kafir.
Sebagaimana yang diriwayatkakn oleh Abu Hurairah, bahwsanya Rosululloh bersabda:
“Jangan kamu memulai mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashroni, apabila kalian bertemu dengan mereka maka sempitkanlah jalannya”. (HR.Muslim: 2164).
Dan jika mereka mengucapkan salam kepada kita, cukup dijawab dengan ucapan “Wa’alaikum” . Sebagaimana hadits Anas bin Malik, bahwasanya Rosululloh bersabda: “Apabila Ahlul kitab mengucapkan salam kepada kalian maka ucapkanlah “Wa’alaikum”. (HR. Bukhori: 6258, Muslim: 2163).
Apabila di sebuah majlis bercampur antara orang muslim dan non muslim maka boleh mengucapkan salam, sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah ketika melewati sebuah majlis yang di sana ada orang muslim, musyrik, penyembah patung, beliau memulai mengucapkan salam. (HR. Bukhori: 6254, Muslim: 1798).
4. Sunnah mengucapkan salam kepada anak kecil
Hal ini adalah untuk mendidiknya sejak kecil dengan adab-adab yang islami dan membiasakan diri untuk mengikuti sunah Rosululloh. Shohabat Anas bin Malik telah mengabarkan bahwa ketika ia berjalan bersama Rosululloh, kemudian tatakala melewati anak kecil Beliau mengucapkan salam kepada mereka. (HR. Bukhori: 6287, Muslim: 2168)
5. Larangan mengucapkan dan menjawab salam saat buang hajat.
Dari al-Muhadjir bin Qunfudz, bahwa ia mendatangi Rosululloh dan memberi salam saat beliau buang air kecil, Beliau tidak menjawab salamnya sampai Beliau berwudhu, kemudian Beliau meminta maaf kepadanya seraya bersabda: “Aku tidak suka menyebutkan nama Alloh kecuali dalam keadaan suci. (HR. Abu Dawud: 17, Nasa’I: 38 dan dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam Shohih Sunan Abu Dawud: 13).
Apabila ada orang yang menitipkan salam, maka yang menerima titipan salam tersebut mengatakan “Wa’alaihis-salam warahmatullahi wabara-kaatuh”. Sebagaimana yang dilakukan Aisyah ra ketika menerima titipan salam dari Jibril lewat Rosululloh. (HR. Bukhori: 6253).
Demikianlah wahai saudarku, semoga risalah yang singkat ini bermanfaat bagi kita semua, sebagai harapan kami, marilah kita tebarkan salam kepada sesama muslim, karena dengan inilah akan timbul rasa kasih sayang dan rasa cinta. Jangan sampai seorang muslim bertemu dengan muslim lainnya menampakkan sikap acuh atau cuek, atau mengucapkan perkataan yang tak layak untuk di ucapkan oleh seorang muslim.
– Mukhlis Abu Dzar –