KEKELIRUAN ORANG-ORANG YANG MENTA’WIL/MENAFSIRKAN HADIST ” كل بدعة ضلالة” BAHWA TIDAK SEMUA BID’AH ITU SESAT.
Beberap dampak buruk orang-orang yang menafsirkan potongan hadist di atas:
1. Para penuntut ilmu tidak akan menjadikan hadist ini sebagai rujukan dan sandaram bahwa perkara bid’ah itu tercela dan sesat, karna perkara bid’ah yang di larang dalam makna hadist ini adalah sebagian bid’ah saja (bukan seluruhnya),
2. Lafadzh bid’ah akan menjadi lafadzh yang tidak berdampak dan berpengaruh sebagai ancaman terhadap siapa saja yang mendengarkannya, tidak pula menjadi sebuah peringatan, padahal jelas banyak ulama terdahulu yang mencela dan memperingatkan kita dari perbuatan bid’ah entah itu yang berkaitan dengan persoalan Aqidah atau Ibadah.
3. Bahwasanya khitob(ajakan dialog) yang semisal dengan ini yakni lafadz “كل بدعة ضلالة” , jika yang maksud adalah sebagian yang lain, bukan segala bentuk bid’ah atau yang di maksudkan adalah sebagiannya, maka ini merupakan perbuatan menyembunyikan ilmu, yang semestinya harus di jelaskan pada saat ungapan tersebut di sampaikan, karna makna lafadznya mengandung ” Ihtimal(ada makna lain) dan
seakan-akan apa yang ingin di sampaikan tidak sesuai dengan lafadz ungkapan tersebut yakni “كل بدعة ضلالة”
Padahal lafadz ini di sampaikan di hadapan sekumpulan para sahabat radhiyallahu ‘anhum yang tingkat kemampuan pemahaman dan masa keislaman mereka yang berbeda-beda.
4. Bahwasanya, jika yang di inginkan Rasulullah sallallahu alahi wasallam dari ungkapan “كل بدعة ضلالة” dan ungkapan “وإياكم ومحدثات الأمور” adalah peringatan dan larangan khusus pada bid’ah yang menyelisihi al-Quran dan Sunnah saja, maka para sahabat dan kaum muslimin secara umum dengan kemampuan pemhaman yang berbeda-beda pada saat itu, maka sangat mungkin ada di antara mereka(para sahabat) tidak memahami maksud dari apa yang di sampaikan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan mungkin segelintir sahabat atau kaum muslimin saja yang bisa memahami hadist ini, dan ini tidak mungkin terjadi pada apa yang di sampaikan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam.
5. Jika yang ingin di larang Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam hadist tersebut adalah bid’ah-bid’ah yang ada larangan khususnya atau yang menyelisihi al-Quran dan hadist saja, maka bid’ah yang terlarang akan jauh lebih sedikit daripada bid’ah yang di perbolehkan, dan jika seandainya kita tela’ah dan kumpulkan lagi kuantitas bid’ah yang terlarang dengan bid’ah yang di perbolehkan maka yang di perbolehkan akan jauh lebih banyak.
Karna amalan bid’ah adalah amalan yang di pandang baik oleh manusia yang berbentuk ritual ibadah dan ini sudah pasti banyak dan terbukti dari masa ke masa, Adapun yang di pandang buruk manusia dan menyelisihi Al-Quran dan Sunnah maka itu masuk pada kategori Maksiat.
Oleh karnanya larangan dalam hadist yang menggunkan lafadz umum ” كل ” tidak boleh ditujukan pada perkara yang lebih sedkit, karna akan menyalahi kaidah-kaidah yang sudah ada dalam syariat.
Wallahu A’lam
Di nukil dari kitab “Iqtidho’ Ash-shiratal Mustaqim li Mukhalafati Ashabil Jahim” Ibnu Taimiyyah Rahimahullah.
Oleh: Muhaimin Abu Shofiya.
Baarokallahu Fiikum
terima kasih ilmunya ustad