Lupa Muhasabah Diri Menyebabkan Kebinasaan

LUPA MUHASABAH DIRI MENYEBABKAN KEBINASAAN

BERMUHASABAH(introspeksi diri) bagi seorang muslim merupakan sebuah kewajiban, mengapa? Karna tatkala seorang muslim lupa, maka iapun akan bersikap gampang dan acuh tak acuh terhadap dosa-dosa yang pernah ia perbuat, akan merasa terbiasa, dan hanya bisa bersandar dan penuh harap terhadap ampunan Allah ta’ala saja, tanpa menyeimbanginya dengan rasa takut, serta ia juga akan lupa terhadap dampak dan akibat dosa yang telah ia perbuat, sehingga iapun akan terus menerus terjatuh kedalam jurang dosa dan maksiat.

Maka Sejatinya…
Seorang muslim harus Bermuhasabah atas kewajiban-kewajiban yang Allah bebankan atasnya, apabila ia merasa ada yang kurang maka iapun akan menyempurnakan dan memperbaikinya,

Sejatinya…
Seorang muslim harus bermuhasabah atas segala bentuk larangan-larangan Allah ta’ala, jika ia sadar telah terjatuh ke dalamnya, maka iapun akan bertaubat, beristigfar kepada Allah dan berusaha menutupinya dengan memperbanyak amal soleh.

Sejatinya…
Seorang muslim harus bermuhasabah atas kelalaiannya terhadap ibadah yang menjadi alasan ia ada di dunia ini, apabila ia mendapati dirinya telah lalai, makai iapun bersegera menuju Allah ta’ala
dan bertaqarrub kepadaNya.

Sejatinya…
Seorang muslim harus bermuhasabah atas apa yang diucapkan mulutnya, apa yang diperbuat oleh kedua tangannya, kemana ia melangkahkan kedua kakinya, dan apa saja yang pernah didengarkan oleh telinganya.

Dan Sejatinya…
Seorang muslim harus bermuhasabah tentang amalan-amalan yang pernah ia perbuat, untuk apa ia berbuat?, untuk siapa ia beramal?, dan apa yang memotivasinya?.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk menguji keikhlasannya kepada Allah ta’ala dan ittiba’nya kepada rasulillah sallallahu alaihi wasallam.

Dalil-dalil yang menujukan segala apa yang diucap dan diperbuat manusia akan dimintai pertanggung jawaban dan akan dihisab.

Allah ta’ala berfirman:

فَوَرَبِّكَ لَنَسْأَلَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (92) عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ (93).

Maka demi Tuhanmu, Kami pasti akan menanyai mereka semua tentang apa yang telah mereka kerjakan dahulu. [Al-Hijr ayat 92-93].

Dalam firmannya yang lain;

فَلَنَسْأَلَنَّ الَّذِينَ أُرْسِلَ إِلَيْهِمْ وَلَنَسْأَلَنَّ الْمُرْسَلِينَ (6) فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ (7).

Maka sesungguhnya Kami akan menanyai umat-umat yang telah diutus rasul-rasul kepada mereka dan sesungguhnya Kami akan menanyai (pula) rasul-rasul (Kami), maka sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah mereka perbuat), sedangkan (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami sekali-kali tidak jauh (dari mereka)”. [Al-A’raf ayat 6-7].

Dalam ayat lain;

لِّيَسْـَٔلَ ٱلصَّٰدِقِينَ عَن صِدْقِهِمْ ۚ وَأَعَدَّ لِلْكَٰفِرِينَ عَذَابًا أَلِيمًا

Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang benar tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih. [Al-Ahzab ayat 8].

Berkata Imam Mujahid rahimahullah ta’ala: Allah ta’ala akan bertanya kepada pembawa risalah rasulullah(da’i), apakah mereka sudah menyampaikannya kepada manusia, sebagaimana para rasul juga di tanya akan hal ini, apakah mereka sudah menyampaikan risalah dari Allah ta’ala.

Apabila orang jujur dimintai pertanggung jawaban dan dihisab atas kejujurannya bagaimana dengan para pendusta?.

Kemudian Allah ta’ala juga berfirman;

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ

Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu) [At-Takatsur ayat 8].

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya [Al-Isra’ ayat 36].

Maka jika seorang hamba merasa dan sadar ia akan di hisab atas segala sesuatu yang ia perbuat, apa yang didengar oleh telinga, dilihat oleh mata dan dirasa oleh hatinya. Maka sudah sepantasnya ia bermuhasabah atas dirinya terlebih dahulu, sebelum dirinya dihisab di hadapan Allah ta’ala.

Oleh karnanya, hukum bermuhasabah atas segala apa yang diperbuat adalah WAJIB, sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surat Al-Hasyr ayat 18.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan [Al-Hasyr ayat 18].

Disari dan diterjemahkan dari kitab Ighotsatul Lahfan fi Mashoyidis Syaithan, Karangan: Imam Ibnul Qoyim Rahimahullah ta’ala.

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا

Dari Abdullah bin Mas’ud ra berkata, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya seorang mukmin (ketika) ia melihat dosa-dosanya, adalah seperti (ketika) ia duduk di lereng sebuah gunung, dan ia sangat khawatir gunung itu akan menimpanya. Sedangkan seorang fajir (orang yang selalu berbuat dosa), ketika ia melihat dosa-dosanya adalah seperti ia melihat seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang (ia menganggap remeh dosa).” (HR. Bukhari).

Gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan tampak.

✍️ Muhaimin Abu Shofiya.

FB: https://www.facebook.com/muhaimina1

IG: @muhaimin_abushofia

BAAROKALLAHU FIIKUM.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *