PANDANGAN- PANDANGAN MANUSIA TERHADAP DOSA dan MAKSIAT
Sikap manusia dalam melihat atau memandang maksiat dan dosa yang berjalan dalam kehidupan ini, yang terjadi karna dorongan syubhat dan syahwat berbeda-beda, dan itu semua tergantung pada bagaimana mereka melihat sebab dan tujuannya:
PERTAMA: Pandangan hewan/binatang; pandangan pelaku maksiat seperti ini tatkala ia melakukan maksiat terbatas hanya pada kelezatan dan kenikmatan maksiat tersebut, maka iapun tidak ubahnya seperti binatang atau bahkan lebih sesat lebih daripada binatang.
KEDUA: Pandangan para Jabariyyah(menyerahkan segala perbuatan makhluk kepada allah); bahwasanya yang melakukan dan menggerakkan dirinya untuk bermaksiat bukanlah dirinya, namum atas kehendak Allah semata dan iapun tidak merasa berdosa, maka ini adalah pandangan kaum musyrikin, musuh dakwah para rasul dan iblis.
Perkataan orang musyrik :
وَقَالُوا۟ لَوْ شَآءَ ٱلرَّحْمَٰنُ مَا عَبَدْنَٰهُم ۗ مَّا لَهُم بِذَٰلِكَ مِنْ عِلْمٍ ۖ
Dan mereka berkata: “Jikalau Allah Yang Maha Pemurah menghendaki tentulah kami tidak menyembah mereka (malaikat)”. [Adz-dzukruf 20].
Perkataan para musuh dakwah:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ أَنفِقُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ قَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَنُطْعِمُ مَن لَّوْ يَشَآءُ ٱللَّهُ أَطْعَمَهُۥٓ
Dan apabila dikatakakan kepada mereka: “Nafkahkanlah sebahagian dari reski yang diberikan Allah kepadamu”, maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: “Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, [Yasin ayat 47].
Perkataan iblis:
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِى لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
“Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya,
KETIGA: Pandangan Qadariyyah(yang menyerahkan segala perbuatan kepada makhluk); bahwa dialah yang melakukan maksiat tanpa ada campur tangan Allah ta’ala dan tanpa kehendaknaya, maka ini adalah pandangan Qadariyyah Majusiyah.
KEEMPAT: Pandangan Orang beriman dan berilmu, bahwa Allah ta’ala menghendaki segala sesuatu, termasuk perbuatan manusia, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. ” [Qs. Al Qoshos: 68].
Akan tetapi meskipun begitu, hal ini tidak menafikan bahwa manusia juga diberi otak untuk berpikir, diberikan kebebasan memilih, tidak dipaksa atas perbuatannya, Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya”. [Qs. An Naba: 39].
Inilah pandangan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dan Kakek kita Nabi Adam alaihi assalam, sebagaimana yang di sebutkan dalam Al-Quran,
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ
Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. [Al-A’raf ayat 23].
Kemudian pandangan Imam tauhid nabi Ibrahim alaihissalam.
الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (78) وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80) وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ (81) وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ (82)
(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”
[Asy-Suara ayat 78-82].
KELIMA: Pandangan Orang yang lemah, butuh dan penuh harap; yakni bahwasanya jika seandainya mereka belum di berikan keistiqomahan dan taufiq oleh Allah ta’ala agar terhindar, maka mereka akan binasa, maka pandangan ini berbeda dengan pandangan Jabariyyah.
KEENAM: Pandangan Tauhid/Pengesaan; bahwa tidak ada yang bisa menciptakan dan mengehendaki perbuatan kecuali hanya Allah ta’ala semata, dan bahwasanya makhluk tidak akan mampu untuk bermaksiat kepada Allah tanpa ada kehendak dariNya.
Maka perbedaan pandangan ini dengan pandangan yang KEELIMA adalah bahwa para pelaku maksiat memandang kesempurnaan harapan dan ketergantungannya kepada Allah, dan Ia juga memandang bahwa Allah esa dalam menciptakan dan mengadakan, serta meyakini bahwa tidak ada daya dan kekuatan yang terjadi pada makhluk kecuali daya dan kekuatan dari Allah ta’ala semata.
KETUJUH: Pandangan Hikmah; bahwasanya seorang hamba melihat Ketika Allah ta’ala membuka jalan baginya untuk bermaksiat maka disana ada sebuah hikmah kebaikan yang Allah kehendaki atas dirinya yang tidak ada yang tau kecuali Allah ta’ala
KEDELAPAN: Pandangan Terhadap Asma’ dan Sifat Allah ta’ala; bahwa seorang hamba yang bisa melihat antara perbuatan dosa dan maksiat yang di perbuat (qodho dan qadr buruk atas seorang hamba) berkaitan dengan nama-nama dan sifat-sifatNya, bahwasanya segala sesauatu yang terjadi berkaitan dengan nama-nama dan sifat-sifatNya; maka nama-nama Allah yang mulia seperti Al-Ghaffar, At-Tawwab, Al-Halim dan Al-‘Afwu berkaitan dengan kehendak Allah di saat seorang hamba bermaksiat kepadaNya, yakni bahwasanya Allah memiliki nama At-tawwab dan Al-Gaffar maka konsekuensi dari nama ini adalah adanya makhluk yang bermaksiat kepadaNya agar Allah bisa menerima taubat dan mengampuninya.
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam;bersabda
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ
Artinya: “Demi Dzat yang jiwaku ada di tanganNya, seandainya kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah akan mengganti kalian dengan mendatangkan suatu kaum yang kemudian kaum tersebut berbuat dosa, kemudian mereka meminta ampun kepada Allah, dan Allah akan mengampuni mereka,” [HR. Muslim].
Kesimpulan dari pandangan-pandangan diatas bahwa pandangan pertama-ketiga adalah pandangan yang salah dan menyesatkan, Adapun pandangan keempat-kedelapan adalah pandangan yang benar dan memiliki keutamaan yang bertingkat-tingkat.
Wallahu A’lam
Di nukil & di sari dari kitab ” [Thariqul Hijratain Wa Baabus Saadatain” Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah Hal. 350-36].
Alih bahasa: Muhaimin Abu Shofiya.
Baarokallahu fiikum